PERBEDAAN SYARIAT, THORIQOH, HAQIQAH DAN MA’RIFAT

oleh : Ust. Umar Bin Sholeh AlHamid

 

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar istilah-istilah agama yang kadang-kadang pengertian masyarakat masih rancu, istilah tersebut antara lain :

Syariat  Thariqah Haqiqah Ma’rifah

1. Syariat :

Adalah hukum Islam yaitu Al qur’an dan sunnah Nabawiyah / Al Hadist yang merupakan sumber acuan utama dalam semua produk hukum dalam Islam, yang selanjutnya menjadi Madzhab-madzhab ilmu Fiqih, Aqidah dan berbagai disiplin ilmu dalam Islam yang dikembangkan oleh para ulama dengan memperhatikan atsar para shahabat ijma’ dan kiyas. Dalam hasanah ilmu keislaman terdapat 62 madzhab fiqh yang dinyatakanmu’tabar (Shahih dan bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya) oleh para ulama. Sedangkan dalam hasanah ilmu Tuhid (keimanan), juga dikenal dengan ilmu kalam. Ahirnya ummat Islam terpecah menjadi 73 golongan / firqah dalam konsep keyakinan. Perbedaan ini terdiri dari perbedaan tentang konsep konsep, baik menyangkut keyakinan tentang Allah SWT, para malaikat, kitab kitab Allah, para Nabi dan Rasul, Hari Qiamat dan Taqdir.

Namun dalam masalah keimanan berbeda dengan Fiqih. Dalam Fiqh masih ada toleransi atas perbedaan selama perbedaan tersebut tetap merujuk pada Al Qur’an dan Sunnah, dan sudah teruji kebenarannya serta diakui kemu’tabarannya oleh para ulama yang kompeten. Akan tetapi dalam konsep keimanan, dari 73 golongan yang ada, hanya satu golongan yang benar dan menjadi calon penghuni surga, yaitu golongan yang konsisten / istiqamah berada dibawah panji Tauhidnya Rasulullah SWA dan Khulafa Ar Rasyidiin Al Mahdiyyin yang selanjutnya dikenal dengan Ahlu As Sunnah wal Jamaah. Sedangkan firqah / golongan lainnya dinyatakan sesat dan kafir. Jika tidak bertaubat maka mereka terancam masuk dalam neraka. Na’udzubillah.

2. Thariqah :

Adalah jalan / cara / metode implementasi syariat. Yaitu cara / metode yang ditempuh oleh seseorang dalam menjalankan Syariat Islam, sebagai upaya pendekatannya kepada Allah Swt. Jadi orang yang berthariqah adalah orang yang melaksanakan hukum Syariat, lebih jelasnya Syariah itu hukum dan Thariqah itu prakteknya / pelaksanaan dari hukum itu sendiri.

Thariqah ada 2(dua) macam :

Thariqah ‘Aam : adalah melaksanakan hukum Islam sebagaimana masyarakat pada umumnya, yaitu melaksanakan semua perintah, menjauhi semua larangan agama Islam dan anjuran anjuran sunnah serta berbagai ketentuan hukum lainnya sebatas pengetahuan dan kemampuannya tanpa ada bimbingan khusus dari guru / mursyid / muqaddam.

Thariqah Khas : Yaitu melaksanakan hukum Syariat Islam melalui bimbingan lahir dan batin dari seorang guru / Syeikh / Mursyid / Muqaddam. Bimbingan lahir dengan menjelaskan secara intensif tentang hukum-hukum Islam dan cara pelaksanaan yang benar. Sedangkan bimbingan batin adalah tarbiyah rohani dari sang guru / Syeikh / Mursyid / Muqaddam dengan izin bai’at khusus yang sanadnya sambung sampai pada Baginda Nabi, Rasulullah Saw. Thariqah Khas ini lebih dikenal dengan nama Thariqah as Sufiyah / Thariqah al Auliya’.Thariqah Sufiyah yang mempunyai izin dan sanad langsung dan sampai pada Rasulullah itu berjumlah 360 Thariqah. Dalam riwayat lain mengatakan 313 thariqah. Sedang yang masuk ke Indonesia dan direkomendasikan oleh Nahdlatul Ulama’ berjumlah 44 Thariqah, dikenal dengan Thariqah Al Mu’tabaroh An Nahdliyah dengan wadah organisasi yang bernama Jam’iyah Ahlu Al Thariqah Al Mu’tabarah Al Nahdliyah.

Dalam kitab Mizan Al Qubra yang dikarang oleh Imam Asy Sya’rany ada sebuah hadits yang menyatakan :

ان شريعتي جا ئت على ثلاثما ئة وستين طريقة ما سلك احد طريقة منها الا نجا .(ميزان الكبرى للامام الشعرني : 1 / 30)

“Sesungguhnya syariatku datang dengan membawa 360 thariqah (metoda pendekatan pada Allah), siapapun yang menempuh salah satunya pasti selamat”. (Mizan Al Qubra: 1 / 30 )

Dalam riwayat hadits yang lain dinyakan bahwa :

ان شريعتي جائت على ثلاثمائة وثلاث عشرة طريقة لا تلقى العبد بها ربنا الا دخل الجنة ( رواه الطبرني )

“Sesungguhnya syariatku datang membawa 313 thariqah (metode pendekatan pada Allah), tiap hamba yang menemui (mendekatkan diri pada) Tuhan dengan salah satunya pasti masuk surga”. (HR. Thabrani)

Terlepas dari perbedaan redaksi dan jumlah thariqah pada kedua riwayat hadits diatas, mau tidak mau, suka atau tidak suka, kita harus percaya akan adanya thariqah sebagaimana direkomendasi oleh hadits tersebut. Kalau tidak percaya berarti tidak percaya dengan salah satu hadits Nabi SAW yang Al Amiin (terpercaya dan tidak pernah bohong). Lalu bagaimana hukumnya tidak percaya pada Hadits Nabi yang shahiih?

Dari semua thariqah sufiyah yang ada dalam Islam, pada perinsip pengamalannya terbagi menjadi dua macam. Yaitu thariqah mujahadah dan Thariqah Mahabbah. Thariqah mujahadah adalah thariqah / mitode pendekatan kepada Allah SWT dengan mengandalkan kesungguhan dalam beribadah, sehingga melalui kesungguhan beribadah tersebut diharapkan secara bertahap seorang hamba akan mampu menapaki jenjang demi jenjang martabah (maqamat) untuk mencapai derajat kedekatan disisi Allah SWT dengan sedekat dekatnya. Sebagian besar thariqah yang ada adalah thariqah mujahadah.

Sedangkan thariqah mahabbah adalah thariqah yang mengandalkan rasa syukur dan cinta, bukan banyaknya amalan yang menjadi kewajiban utama. Dalam perjalanannya menuju hadirat Allah SWT seorang hamba memperbanyak ibadah atas dasar cinta dan syukur akan limpahan rahmat dan nikmat Allah SWT, tidak ada target maqamat dalam mengamalkan kewajiban dan berbagai amalan sunnah dalam hal ini. Tapi dengan melaksanakan ibadah secara ikhlash tanpa memikirkan pahala, baik pahala dunia maupun pahala ahirat , kerinduan si hamba yang penuh cinta pada Al Khaliq akan terobati. Yang terpenting dalam thariqah mahabbah bukan kedudukan / jabatan disisi Allah. tapi menjadi kekasih yang cinta dan dicintai oleh Allah SWT. Habibullah adalah kedudukan Nabi kita Muhammad SAW. (Adam shafiyullah, Ibrahim Khalilullah, Musa Kalimullah, Isa Ruhullah sedangkan Nabi Muhammad SAW Habibullah). Satu satunya thariqah yang menggunakan mitode mahabbah adalah Thariqah At Tijany.

Nama-nama thariqah yang masuk ke Indonesia dan telah diteliti oleh para Ulama NU yang tergabung dalam Jam’iyyah Ahluth Thariqah Al Mu’tabarah Al Nahdliyah dan dinyatakan Mu’ tabar (benar – sanadnya sambung sampai pada Baginda Rasulullah SAW), antara lain :

1. Umariyah                                       23. Usysyaqiyyah

2. Naqsyabandiyah                           24. Bakriyah

3. Qadiriyah                                       25. Idrusiyah

4. Syadziliyah                                     26. Utsmaniyah

5. Rifaiyah                                          27. ‘Alawiyah

6. Ahmadiyah                                     28. Abbasiyah

7. Dasuqiyah                                      29. Zainiyah

8. Akbariyah                                      30. Isawiyah

9. Maulawiyah                                   31. Buhuriyyah

10. Kubrawiyyah                               32. Haddadiyah

11. Sahrowardiyah                           33. Ghaibiyyah

12. Khalwatiyah                                 34. Khodiriyah

13. Jalwatiyah                                    35. Syathariyah

14. Bakdasiyah                                  36. Bayumiyyah

15. Ghazaliyah                                   37. Malamiyyah

16. Rumiyah                                       38. Uwaisiyyah

17. Sa’diyah                                       39. Idrisiyah

18. Jusfiyyah                                      40. Akabirul Auliya’

19. Sa’baniyyah                                 41. Subbuliyyah

20. Kalsaniyyah                                 42. Matbuliyyah

21. Hamzaniyyah                               43. TIJANIYAH

22. Bairumiyah                                  44. Sammaniyah.

3. Haqiqah

Yaitu sampainya seseorang yang mendekatkan diri kepada Allah Swt. di depan pintu gerbang kota tujuan, yaitu tersingkapnya hijab-hijab pada pandangan hati seorang salik (hamba yang mengadakan pengembaraan batin) sehigga dia mengerti dan menyadari sepenuhnya Hakekat dirinya selaku seorang hamba didepan TuhanNya selaku Al Kholiq Swt. bertolak dari kesadaran inilah, ibadah seorang hamba pada lefel ini menjadi berbeda dengan ibadah orang kebanyakan. Kebanyakan manusia beribadah bukan karena Allah SWT, tapi justru karena adanya target target hajat duniawi yang ingin mereka dapatkan, ada juga yang lebih baik sedikit niatnya, yaitu mereka yang mempunyai target hajat hajat ukhrawi (pahala akhirat) dengan kesenangan surgawi yang kekal.

Sedangkan golongan Muhaqqiqqiin tidak seperti itu, mereka beribadah dengan niat semata mata karena Allah SWT, sebagai hamba yang baik mereka senantiasa menservis majikan / tuannya dengan sepenuh hati dan kemampuan, tanpa ada harapan akan gaji / pahala. Yang terpenting baginya adalah ampunan dan keridhaan Tuhannya semata. Jadi tujuan mereka adalah Allah SWT bukan benda benda dunia termasuk surga sebagaimana tujuan ibadah orang kebanyakan tersebut diatas.

4. Ma’rifah

Adalah tujuan akhir seorang hamba yang mendekatkan diri kepada Allah Swt. (salik) Yaitu masuknya seorang salik kedalam istana suci kerajaan Allah Swt. ( wusul ilallah Swt). sehingga dia benar benar mengetahui dengan pengetahuan langsung dari Allah SWT. baik tentang Tuhannya dengan segala keagungan Asma’Nya, Sifat sifat, Af’al serta DzatNya. Juga segala rahasia penciptaan mahluk diseantero jagad raya ini. Para ‘Arifiin ini tujuan dan cita cita ibadahnya jauh lebih tinggi lagi, Mereka bukan hanya ingin Allah SWT dengan Ampunan dan keridhaanNYa, tapi lebih jauh mereka menginginkan kedudukan yang terdekat dengan Al Khaliq, yaitu sebagai hamba hamba yang cinta dan dicintai oleh Allah SWT.

(syariah dan Thariqah) kita bisa mempelajari teori dan praktek secara langsung, baik melalui membaca kitab-kitab / buku-buku maupun melalui pelajaran-pelajaran (ta’lim) dan pendidikan (Tarbiyah) bagi ilmu Thariqah. Sedangkan Haqiqah dan ma’rifah pada prinsipnya tidak bisa dipelajarisebagai mana Syariah dan Thariqah karena sudah menyangkut Dzauqiyah.

Haqiqah dan ma’rifah lebih tepatnya merupakan buah / hasil dari perjuangan panjang seorang hamba yang dengan konsisten (istiqamah) mempelajari dan menggali kandungan syariah dan mengamalkanya dengan ikhlash semata mata karena ingin mendapatkan ridha dan ampunan serta cinta Allah SWT.

Perumpamaan yang agak dekat dengan masalah ini adalah : ibarat satu jenis makanan atau minuman ( misalnya nasi rawon ). Resep masakan nasi rawon yang menjelaskan bahan bahan dan cara membuat nasi rawon itu sama dengan Syariah. Bimbingan praktek memasak nasi rawon itu sama dengan Thariqah. Resep dan praktek masak nasi rawon ini bisa melalui buku dan mempraktekkan sendiri (ini thariqah ‘am ) sedangkan resep dan praktek serta bimbingan masak nasi rawon dengan cara kursus pada juru masak yang ahli (itu namanya Thariqah khusus). Makan nasi rawon dan menjelaskan rasa / enaknya ini sudah haqiqah dan tidak ada buku panduannya, demikian juga makan nasi rawon dan mengetahuisecara detail rasa, aroma, kelebihan dan kekurangannya itu namanya ma’rifah.

 

Sumber :

  1. Keputusan Kongres & Mubes Jam’iyah Ahli Thariqah Mu’tabaroh An Nahdliyah, pada hasil Mu’tamar kedua di Pekalongan tanggal 8 Jumadil Ula 1379 H / 9 November 1959. halaman 25.
  2. http://www.piss-ktb.com/2011/12/920-makalah-perbedaan-syariat-thoriqoh.html

45 Comments

  1. 04/05/2012 at 10:24

    jadi semua adalah rasa, dan yang diingat adalah rasa karena adanya rasa semua ada…..sir rasaning rasa…siapakah yang mencicipi rasa….dan siapa kah yang merasakan rasa itu sendiri…

    • 09/05/2012 at 21:42

      semuanya perlu dilakukan bersama-sama.
      Ilmu Syariat serta thariqoh perlu dipelajari semuanya.
      agar ma’rifat dan hakikat dianugerahkan oleh-NYA kepada kita.

    • joe said,

      18/11/2013 at 05:32

      lanjut…!

  2. ubaidillah said,

    14/05/2012 at 14:16

    mengirim

  3. dederismawan said,

    06/07/2012 at 12:23

    saya ingin bertanya..
    kalau ada adzan berbunyi”hayya allasholat”
    dibalas apa?

    • 07/07/2012 at 04:13

      bila kita mendengar adzan hingga lafadz ”hayya allasholat” artinya adalah “Mari kita mendirikan shalat”, dan demikian pula lafadz “hayya ‘alal falaah”, yang artinya mari mencapai keberuntungan, maka jawaban yang sesuai adalah “Laa haula wa laa quwwata illaa billahil ‘aliyyil ‘adhiim” yang artinya bahwa tiada daya bagi kita untuk menyingkir dari setiap kemungkaran serta tiada kekuatan untuk bisa menjalankan keta’atan (termasuk mendirikan shalat itu) kecuali atas pertolongan Allah, Dzat yang maha Agung.
      bila adzan subuh dilanjutkan lafadz “As-sholaatu khoirun minan naum” yang artinya Shalat itu lebih baik daripada tidur, maka jawabanya “Shodaqta wa barorta wa ana ‘alaa dzaalika minas syaahidiin”. artinya Benar engkau dan saya bersaksi bahwa yang demikian adalah benar.

  4. Awal Dariniat said,

    15/07/2012 at 03:25

    Mantab

  5. 16/07/2012 at 14:19

    Manusia bisa shalat atas bantuan dari Allah. Jadi tidak patut bagi manusia merasa sombong hanya karena telah melaksanakan shalat. Karena inti dari shalat adalah untuk membuat mereka lebih menjauhkan diri dari kemunkaran. Sedang sifat sombong dan merasa lebih baik dari orang lain yang belum shalat seperti yang telah dilakukan oleh seorang manusia merupakan salah satu bentuk kemunkaran tersebut.

    • luckers said,

      03/09/2012 at 05:12

      manusia tak punya apa2, sementara Tuhan berdiri sendiri.
      Jikalau ada manusia yang bisa sholat, manusia itulah yang sombong.

      Adalah penyerahan sepenuhnya…

  6. kardy botutihe said,

    28/09/2012 at 12:22

    langit dan segala isinya…. bumi dan segala isinya…mahlukndan segala perangainya, adalah bentuk dan wujud ilusif, khayali, fatamorgana. karna wujud mutlak nan hakiki hanyalah wujud ALLAH SWT

  7. novy said,

    19/11/2012 at 16:34

    Like it

  8. kresna said,

    24/12/2012 at 10:29

    artinya apapun yang ada dimuka bumi dan seantero jagat ini adalah wujud dari betapa besarnya/maha besarnya kekuasaan Allah

  9. 29/12/2012 at 14:57

    artike yang bermanfaat . . . . .

  10. 11/01/2013 at 16:01

    amin semoga berhasil ya semuany

  11. 11/01/2013 at 16:03

    assalamu alaikum…. saya mau tanya…..kalaw yg bisa memuat allah itu siapa….sedangkan langit dan bumi pun tak bisa untuk memuat allah swt?

    • 12/01/2013 at 00:49

      Allah itu satu tapi DIA Maha Tahu.
      Allah itu tak butuh kita tapi kita bergantung pada-Nya
      Allah itu mencintai kita tapi DIA tak butuh keluarga
      Allah itu tidak bertempat tapi DIA ada dimanapun kita bertempat
      Allah itu tidak terlihat tapi DIA sangat dekat
      Begitulah Allah, tak bisa kita angan-angan wujud dan dzatnya, karena memang DIA berbeda dengan makhluk-nya
      Hanya Iman sebagai landasan kepercayaan.
      Bahwa Allah itu ADA.

    • Oji Fathuroji said,

      11/04/2013 at 03:09

      Tidak ada yg bisa memuat Allah karena Allah yang membuat muatan, siapa Allah dan bagaimana keberadaan Allah tidak bisa diutarakan dengan lisan atau bahasa, Dia hanya bs difahami atau dirasakan dalam bathin masing2, bathin masing2pun tak akan sanggup menanyakan-Nya, karena ia tak akan sanggup menjawab pula…

  12. arman said,

    13/01/2013 at 07:39

    Bacaaaa

  13. jokolelono said,

    18/02/2013 at 04:50

    ada hadist yg berbunyi insanu siry wa anna sirruhu maakna dan penjabaranya gmn ya ?mhn penjelasanya mksh.

  14. adoel said,

    24/02/2013 at 01:41

    semua itu dilakukan dengan rasa ikhlas….allah maha tahu apa yag ada dalam pikiran makjlknya

  15. cah blora said,

    19/03/2013 at 17:46

    Apa kah manunggaling kawulo gusti itu adalah makrifat .ngapuntene mas bro

  16. Drs. H. Athor Subroto, M. Si said,

    11/07/2013 at 07:26

    Sungguh luar biasa kedalam ilmu Thariqah dst ini. Air mataku meleleh stlh aku smp membaca Hakeqat dan Ma’rifat td itu. Kini aku mengguguk menangisi diri yg juru dakwah, khatib, muballigh, nara sumber Gema Ramadhan TVRI Stasiun Surabaya tiap thn, dan cucunya seorang Mursyid Jam’iyyah Thariqah An Naqsabindiya di Madiun, yg usia saya skrg sdh 62 thn. Tapi, baru tau “hakekat Thariqah” itu. Astaghfirullahal ‘azhiim………. Ternyata bgt tinggi ilmu Thariqah itu. Dan, bgt sgt pentinga ilmu tsb dlm setiap kehidupan seseoran di dunia ini………. Mengapa aku terlambat belajar “ilmu Thariqah” ini. Sangat dalam, amat luas, sgt tinggi posisinya, sgt indah, teduh, dan bahagia jadinya. Saya sampaikan ucapan trima kasih kpd semua fihak, shg terangkatnya tulisan ini di media ini yg meluluhkan hati di bulan suci thn 1434 H ini. subhanallaah wal hamdulillaah wa laa ilaaha illallaah wallahu akbar. Waslm.

    • Drs. H. Athor Subroto, M. Si said,

      11/07/2013 at 07:32

      Saya menunggu artikel berikutnya ttg Sejarah d Perkembangan Jam’iyyah At Thariqah Al Mu’tabarah dewasa ini di Indonesia dan sekitarnya secara luas dan detail. Trima kasih. Afwan wa Syukran. (Drs. H. Athor Subroto, M. Si)

  17. 10/01/2014 at 16:08

    artikel bagus, saya doakan penulis mendapat pahala dari Allah dan bahagia. Amin

  18. 13/03/2014 at 02:25

    Artikel ini bagus sekali memberikan banyak wawasan pengetahuan tentang Islam.

    Namun sayang kandungannya banyak royi / akal / pendapat yg justru tidak sesuai dengan tuntunan ALLAH dan Rasulullah dalam Quran dan Hadist.

    Ibadah tanpa niat mencari surga hanya dasar cinta kepada Allah justru bertentangan dengan firman Allah surah Ali Imran ayat 133 yg memerintahkan hamba Allah untuk berlomba-lomba minta pengampunan dan minta SURGA.
    وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133)

    Juga doa yang banyak diucapkan oleh Rasulullah adlah: “Rabbana aatina fiddunya hasanah wa fil akhirati khasanah wa qinaa azabannar”

    “AllahUmma inna nas’aula ridhoka wal jannah wa nauzubika min saqotika wannar”

    Nabi saja berdoa minta surga dan minta berlindung dari siksa neraka.
    Allah juga memerintahkan hambanya untuk takut kepada neraka.
    وَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ (131) Takutlah pada neraka yagn disediakan bagi orang kafir – Surah Ali Imran ayat 131

    Jadi kalo ada umat yang beribadah tidak karena mengharapkan surga dan tidak karena takut neraka, APA NGGAK SESAT TUH!!!

    • 26/03/2014 at 03:10

      hehehe….
      Gitu aja kog repot 😀 😀
      Semua punya guru yang sanadnya bersambung pada Rasul.
      jangan mudah mengkafirkan orang bang sontoloyo 🙂
      Kuatirnya nanti malah kembali pada diri. Na’uudzubillah 😀 😀

      • rina said,

        28/11/2015 at 04:29

        arti yang terkandung di atas terjemahannya sangat tinggi sekali..dengan selalu ingat Allah..cinta Allah.. pasti surga itu akan ikut dengan sendirinya..kalau ingin mencari surga.ya senantiasa kita ingat Allah..menjauhi segala laranganNya..melaksanakan segala perintahNya….kalau membaca Al Qurán..baca juga arti dan tafsirnya…Intinya..surga itu akan mengikuti kita ketika tingkat kedekatan kita kepada Allah pada level teringgi..

  19. gembul said,

    18/03/2014 at 15:35

    lzat blla bsa msuk alm mlkud

  20. gembul said,

    18/03/2014 at 15:51

    ingatlah tman2 akn dua prkra yg tdak dpat dipisahkn n saling mngisi yakni ILMU dan AMAL

  21. abdul malik said,

    01/05/2014 at 17:34

    Islam itu indah,,,,subhanallah,

  22. okesajadeh said,

    12/07/2014 at 18:59

    alloh tak perlu dicari’
    kadang kita tak tahu dimana dia berada?
    carilah dilam diri sampai kau temui ……….

  23. almudatsir said,

    17/09/2014 at 15:10

    alhamdulillah sekarang jadi faham, apa itu syariat, tharekat, hakikat dan ma’rifat…
    jazaakumulloh….

  24. galih said,

    14/10/2014 at 22:47

    mulih ka jati mulang ka asal

  25. galih said,

    14/10/2014 at 22:49

    iman tauhid marifattuloh…….

  26. mhasanb said,

    28/04/2015 at 14:21

    syukron mas,
    Kajian Aswaja Sufi

  27. yusep said,

    13/08/2015 at 23:32

    @rifaudinahmad: point no 4,.. DIA ada dimanapun kita bertempat..tolong di perjelas jangan sampai salah pemahaman…

  28. arsyad said,

    10/09/2015 at 08:00

    Alhamdulillah. Kembalu kpd diri masing.kata nabi perbedaan itu rahmat jd tdk ad yg perlu dipermasalahkan karna surga dn neraka semua kehendak allah swt cari ridhonya dan ikhlas melaksanakan perintah. Lillah billlah minallah…..amin mdh2an kita semua mendapat petunjuk jln yg lurus

  29. lukman said,

    11/02/2016 at 05:00

    subanallah . . . ..

  30. Joni said,

    01/05/2016 at 15:31

    Allah zat yg wujud ,wujudx y yg kelihatan .
    Pngn tw allah yg marikita maujudaken dulu melaui sifatnya diantarax melek dan tdk makan,lbh jelasx bertapa ,di gua terserah di gua ap hira kek yg jelas di tempat yg hening. 30 hari melek tdk tdr sm dngn mndptkn lailatur qodar ..
    Kalo syariatx puasa 30 hr .dan hri rayax makan2.kalo makrifatnya y conto di atas i2

  31. pelangi said,

    04/06/2016 at 06:09

    idzin share and copas tadz….moga barokah

  32. DRS. BASORI said,

    20/04/2017 at 04:25

    Lebih baik mengaji pada diri sendiri setelah membaca tulisan tersebut. Ingat kita masih jauh dari beriman … kita masih maqom Manusia Jasad baelum Manusia sesungguhnya sebagaimana Allah kehendaki “Tidak kuciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah KepadaKu” jadi kita ynag beribadahnya belum sepenuhnya kepada Allah atau hanya untuk Allah jangan amerasa diri kita sebagai manusia sesuai kehendak Allah, itu masih sahwasangka kita saja”/// Sesungguhnya “Man Arobba NAfsahu … Waqod Arobba Robbahu…” Siapa yang bisa melihat diri sendiri maka sesungguhnya kita sudah melihat Allah” ..”Karena allah lebih dekat dari Urat Leher Kita”


Leave a reply to gembul Cancel reply